?GALAU UNLIMITED
?Tulisan ini saya tujukan bagi orang – orang yang lagi galau unlimited disebabkan belum adanya kesempatan ia melanjutkan kuliah di Timur Tengah terutama bagi kawan – kawan yang lagi putus harapan dan semangat setelah mengetahui dirinya tidak di terima di Universitas Islam Madinah dan menjadikan Universitas Islam Madinah sebagai barometer kesuksesan
?Belajar di Timur tengah merupakan nikmat sekaligus ujian, nikmat karena bisa bertemu langsung dengan para ulama disana dan ujian karena anda akan di uji apakah anda bisa bersyukur terhadap nikmat Allah atau tidak? , apalagi yang diberikan oleh Allah rezeki untuk menikmati kuliah di Universitas Islam Madinah yang mana dia mendapatkan banyak keutamaan terutama keutamaan Shalat di masjid nabawi yang pahalanya berlipatganda dibandingkan shalat di masjid biasa
?Pada tanggal 2 January saya membuat status yang berujudul
“Harapan Mereka Putus Hanya karena tidak Lulus di Univ Islam Madinah”
yang direspon positif oleh beberapa Mahasiswa Universitas Islam Madinah (UIM) dan lulusan UIM, isi status tersebut
“saya telah menemui beberapa orang yang tidak lulus UIM (saya juga tidak lulus), kasihan melihat mereka karena seakan - akan Madinah adalah satu - satunya jalan menuju kesukesan, dibawah ini saya akan membawakan perkataan sebagian dari mereka yang juga saya kenal:
1. "Saya lebih baik jihad di Suriah daripada tidak lulus di Univ. Islam Madinah" menurut hemat saya mungkin karena bunuh diri dilarang makanya dia lebih baik jihad.
2. Sebagian lagi Mengatakan "orang yang lulus di Univ. Islam Madinah masa depan mereka cerah, sedangkan saya kehidupan saya antara hari ini dan esok" Yaa Allah Berilah Hidayah Kepadanya
3. mereka mengatakan "kalau saya tidak lulus Di UIM saya istirahat dulu belajar agama"
4. Teman saya menceritakan " saya memiliki seorang teman yang telah muqobalah 10 kali dan ia tidak lulus, sekarang jika disampaikan kepadanya ada seorang ikhwan yang lulus Madinah beliau paling tidak suka mendengarnya" hasad timbul karena dia tidak diterima.
5. sebagian lagi mengatakan "Mahasiswa UIM lebih berpeluang untuk menjadi Ulama"
sebenarnya masih ada lagi perkataan keputusasaan orang yang belum diberikan rezeki menuntut Ilmu di UIM
saya minta Nasehat kepada Antum untuk memotivasi teman - teman yang lagi galau Unlimeted, silahkan di tulis di kolom komentar mudah - mudahan ada teman atau orang yang serupa bisa termotivasi dari kata - kata antum”
setelah beberapa menit Ustadz Aan Candra Tholib salah satu lulusan Universitas Islam Madinah memberikan komentarnya :
"Menjadi mahasisiwa UIM itu nikmat sekaligus ujian, kehadiran kita dinegeri ini tidak akan mempengaruhi derajad kita disisi Allah.. Karena ketakwaan yang membuat kita bernilai...
Harga kemuliaan seorang alim ada pada amalnya.. Tak peduli apakah ilmunya diambil ditimur atau dibarat.
Madinah bukan segala-galanya kawan..
Saya banyak bertemu dengan lulusan pesantren di tanah air yang ilmunya bagi sebagian orang mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun keberkahan ilmunya lebih terasa melebihi mereka yang pernah belajar ditimur dan barat… Karena ini murni soal keikhlasan dan ketaqwaan...
?Kadang mereka yang tak bergelar itu sering dipojokkan dan tak dianggap, karena tidak memiliki gelar Lc, MA, DR,... Padahal gelar bukan barometer keilmuan seseorang..
?Boleh jadi gelar-gelar itu hanya akan membuat sebagian kita merasa rendah untuk mengajarkan IQRO' pada anak-anak seberang sungai…
Secara pribadi, saya lebih menghargai mereka yang tak bergelar namun bermanfaat untuk ummat.. Mereka yang tak merasa berat menyalami tangan-tangan kasar yang baru saja pulang dari ladang..
Mengajari mereka yang seharian dikebun dalam surau-surau kecil..
Kita bisa berbuat banyak meskipun bukan lulusan madinah.. “
setelah Ustadz Aan Candra Tholib memberikan komentar yang sangat
memotivasi senjutnya Ustadz Akhyar memberikan kita agar merenung, berikut nasehatnya :
"Tanyakan pada hatinya, niat apa yg ia rencanakan dg menjadi mahasiswa madinah.
Terlihat lebih hebat dr org lain, lalu di puji sana sini ? Sehingga perkara2 dunia nya terpenuhi..?
Atau benar2 tulus untuk menolong agama Allah karena keprihatinan akan kondisi umat yg sekarang terjadi.. “
✏Kemudian seorang yang bernama Ahmady memberikan kisah seorang tukang becak yang membeli kitab, kisah ini sangat menginspirasi :
"[Cermin Seorang Tukang Becak]
Ada ibroh di dalamnya, yang membuat diri ini sebenarnya malu untuk menuliskannya ...
Pagi tadi ada bapak-bapak tukang becak dateng ke toko. Liat-liat buku sebentar. Merasa nggak nemuin buku yang dicari, akhirnya beliau bertanya ke saya,
"Mas, ada kitab Safiinatun Najah nggak ?"
Pertanyaan beliau membuat saya heran. Seorang tukang becak nyari kitab ? Dan yang dicari kitab Safiinatun Najah ?
Saya sempet diem beberapa saat sembari terheran dan masih bertanya-tanya. Ngapain tukang becak nyari kitab ? Buat apaan ?
Masih dalam ke-ter-heranan saya. Beliau mengulangi pertanyaannya dan membuat saya 'sadar',
"Mas, ada nggak kitabnya ?"
Dengan sedikit kikuk karena baru 'sadar', saya menjawab,
"Bapak nyari yang terjemahan atau yang Arabic ?"
"Saya nyari yang berbahasa Arab, mas."
"Waah, sayangnya stok kitab lagi nggak ada pak."
"Oooh gituh. Kalo toko buku yang jual kitab bahasa Arab selain di sini dimana lagi, mas ?" tanyanya.
Saya sebutin beberapa toko buku yang saya tau. Dan saya menyarankan beliau ke sana.
Sebelum beliau mlipir pergi, saya mau korek dulu ke-ter-heranan saya. Setelah ngorek cukup lama, rupanya saya tau kalo beliau ngajar kitab al-Ajurumiyyah juga buat masyarakat sekitarnya. Dan beliau nyari kitab Safiinatun Najah buat dijadiin bahan ajar pulak buat mereka. Masya Allah.
Dan rupanya, dari hasil 'ngorek' itu pun saya mengetahui kalo ternyata menjadi tukang becak merupakan profesi keseharian yang beliau pilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan beliau menggratiskan setiap orang yang ngaji sama beliau. Tua-muda, kaya-miskin, digratiskan sama beliau.
Yang penting buatnya, orang-orang di sekitarnya mau belajar. Dan beliau siap menjadi pengajarnya walau tak dibayar. Masya Allah.
--- padanya ada ibroh yang banyak, yang semoga bisa diikuti oleh yang mengetahuinya.
Status copas dari Febby Buddiyanto
Via FB hasan al-jaizy
?Ustadz Haidir Rahman yang merupakan salah satu alumni fakultas Hadits Universitas Islam Madinah sekarang sedang melanjutkan s2 di Solo juga memberikan nasehat kepada kita, berikut isi nasehatnya :
"Mendaftar ke Madinah itu harus siap dua hal: siap diterima dan siap tidak diterima.
"Siap diterima" ana tafsirkan dengan wasiat Ust Said Baharmus hafizhohullah: "menjadi mahasiswa UIM itu nikmat dan amanat". Soal nikmat mungkin gak usah disuruh dia udah siap, tapi soal amanat, siapa yang siap?
Langit, bumi dan gunung saja takut untuk mengembannya. Kalam Allah:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
"Siap tidak diterima" ana tafsirkan siap dan mengimani keputusan Allah apapun itu. Menyakini bahwa Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita, yang ilmu kita sebagai makhluk belum sampai ke sana.
Fenomena keterima dan tidak keterima di UIM juga ana lihat ketika mahasiswa UIM beramai-ramai mendaftar S2 UIM. Sedari semester satu mereka berusaha mumtaz agar mudah keterima di S2. Klo ketemu dosen yang killer dan pelit ngasih nilai, mereka ke bagian akademik untuk pindah dosen pengampu karena tahu dosen killer tersebut gk pernah ngasih nilai lebih dari jayyid. Padahal untuk ke S2 setidaknya mata kuliah harus mumtadz supaya langkah ke S2 mudah.
Ana ingat perkataan Ust Yasir hafizhohullah yang maknanya:
Kalau harus pulang dari Madinah hanya dengan menyandang status S1 kebanyakan mereka menukilkan astar Umar bin Abdul Aziz rahimahullah yang mengingatkan hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa salam tentang karat Madinah, sambil menganggap dirinya karat Madinah sebagaimana Umar bin Abdul Aziz yang takut bahwa dirinya adalah salah satu karat Madinah yang harus keluar.
Tapi klo pulang dengan menyandang status S3 atau minimal S2 tidak ada yang mengingat asar Umar bin Abdul Aziz. Mungkin ini yang menjadikan Ust Yasir pulung sebelum menyelesaikan S2 nya dan menganggap S1 insya Allah cukup.
Ust Abdullah Zen hafizholhullah ketika meninggalkan Madinah dengan menyandang status S2, ada beberapa ikhwah yang menilai sayang sekali gak sekalian S3. Namun beliau kemudian menukilkan perkataan ayah beliau Ust Zaini Muhayyat rahimahullah: sekaliber anak saya cukup S2
Setelah beliau memberikan Nasehatnya yang sangat memotivasi beliau menjutkan komentarnya dengan nada candaan sebagai berikut
"Kalau mau ke Madinah hanya dengan niat supaya punya nilai jual di hadapan akhwat-akhwat pondok-pondok salaf itu murahan.
Kalau niat ke Madinah hanya ingin jadi rebutan walisantriwati buat dijadiin mantu, itu murahan.
Madinah itu lebih berharga daripada sekedar dijadikan trademark buat cari jodoh.
Klo yang dilihat hanya nikmatnya, galau unlimited memang biasanya menimpa mereka yang gak keterima.
Kalau dilihat amanatnya, Insya Allah ia akan menerima keputusan Allah tersebut dan meyakini bahwa bumi Allah itu luas”
Akun bernama Joe hardi tak ketinggalan untuk memberikan komentar, beliau ini merupakan sahabat saya dahulu ketika masih di Ma'had berikut komentarnya :
"ga masuk UIM ga bikin harga diri seseorang itu ternodai bak wanita pasca diperkosa, jantan sikit lah, siap tempur kok merajuk pula, malu lah sama ilmu, Allah pun ga nanya kau lulusan mana, yg ada, siap dapat ilmu sesikit apapun, kau apakan ilmu tu ? kau BAGIKAN apa kau PAMERKAN ? “
Nasehat demi Nasehat yang sangat menginspirasi begitu banyak, dan ini merupakan Nasehat yang terakhir dalam tulisan kali ini yang di tulis oleh seorang Mahasiswa UIM bernama Rizo Ibrahim, berikut Nasehatnya
“harusnya kami iri sama antum2 yang di Indonesia kenapa? simak atsar berikut:
ada seorang lelaki datang menemui Ibnu Abbas lantas berujar
“Suatu ketika aku melamar seorang perempuan, akan tetapi dia tidak mau menikah denganku. Lalu ada orang selainku yang melamarnya dan dia pun mau menikah dengannya. Aku pun merasa cemburu kepadanya, hingga aku pun membunuhnya.
Apakah aku masih bisa bertaubat?”
Ibnu Abbas- bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?"
" Tidak," jawabnya
Ibnu Abbas kembali berujar, “Kalau begitu bertaubatlah kepada Allah ‘azza wa jalla dan dekatkanlah dirimu kepada-Nya sekuat kemampuanmu.”
‘Atha’ bin Yasar yang mendengar hal itu bertanya kepada Ibnu 'Abbas “Mengapa engkau bertanya tentang apakah ibunya masih hidup?”.
Beliau menjawab,
“Sesungguhnya aku tidak mengetahui ada suatu amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla daripada berbakti kepada seorang ibu.”
[Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrod dengan sanad yang shohih] “
Kesimpulannya : kuliah di Universitas Islam Madinah bukanlah satu satunya wasilah menujukesuksesan baik dunia maupun akhirat karena ada juga orang yang gagal dan menyimpang dari jalan yang benar padahal dia lulusan S3 UIM akan tetapi kesuksesan itu dibangun dari diri kalian, dimanapun anda belajar asalkan niat Ikhlas dan sabar serta yakin akan sukses dengan Izin Allah anda akan sukses. “man jadda wajada” siapa yang bersungguh – sungguh dia akan dapat.
Surabaya di Bandara Juanda, 05-January-2015
Muh. Luqman Hakim
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
?Melanjutkan cerita Galau unlimited...takdir Allah sudah ditentukan....
Dua tahun lalu curhat di medsos seolah hatiku tenang dengan nasehat nasehat yang menyejukan. Padahal curhat terampuh adalah mengadu ke sang pemberi hati yang galau ini dan nasehat yang menyejukkan dengan membaca AlQur'an.
Allhamdulillah...rupanya Allah menakdirkanku diterima di Universitas Islam Madinah disaat hatiku ikhlas dan ridho dengan ketentuan Allah..ternyata Allah malah memberikanku kenikmatan yang tidak diduga sebelumnya.
Alhamdulillah tahun ini diterima di universitas Islam Madinah.
Benar kata Ustad Erwandi yang memberi nasehat
"Kepintaran itu nomer sekian yang Teratas adalah Kesabaran"
Kesabaran yang utama kami rasakan sebagai mahasiswa baru di UIM...
Tunggu ceritaku berikutnya selama berjuang dengan kesabaran menjadi mahasiswa baru di UIM