About

Jika Doamu belum terkabul

#Doamu tak kunjung terkabul?.Doakanlah saudaramu    

DO’A PARA MALAIKAT BAGI ORANG YANG MENDO’AKAN SAUDARANYA DARI KEJAUHAN (TANPA SEPENGETAHUAN ORANG YANG DIDO’AKAN) DAN BAGI YANG DIDO’AKAN.

Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi

Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya dari kejauhan, begitupula orang yang mendo’akannya. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Shafwan, ia adalah Ibnu ‘Abdillah bin Shafwan, dan umur ad-Darda’ di bawahnya, beliau berkata: “Aku pergi ke Syam dan mendatangi Abud Darda’ Radhiyallahu anhu di rumahnya, tetapi beliau tidak ada di rumah, yang ada hanyalah Ummud Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى, ia berkata: ‘Apakah tahun ini engkau akan pergi haji?’ ‘Ya,’ jawabku. Dia berkata: ‘Do’akan kami dengan kebaikan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.

‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya [1] adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”

‘Abdullah berkata: “Lalu aku pergi ke pasar dan bertemu dengan Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, lalu beliau mengucapkan kata-kata seperti itu yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[2]

Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengetahui bahwa ada dua golongan manusia yang mendapatkan do’a dari para Malaikat, mereka itu adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya sesama muslim sedangkan dia tidak mengetahuinya, karena Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang sedang menguapkan: “Aamiin,” maknanya adalah: “Ya Allah, kabulkanlah do’anya bagi saudaranya.”[3]

Sedangkan yang kedua adalah orang yang mendo’akannya, karena Malaikat yang diutus kepadanya berkata: “Dan engkau pun mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaramu.”[4]

Al-Imam Ibnu Hibban membuat sebuah bab dalam Shahiihnya dengan judul: “Anjuran untuk Memperbanyak Berdo’a kepada Saudara Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuan Orang yang Dido’akan, dengan Harapan Permohonan untuk Keduanya Dikabulkan.”[5]

Di dalam Syarh Shahiih Muslim ada sebuah komentar untuk hadits ini, penulis berkata: “Dalam hadits ini ada sebuah keutamaan do’a bagi saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya. Seandainya seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam, maka ia akan mendapatkan pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia berdo’a untuk seluruh kaum muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan pahala yang telah ditentukan.”[6]

Orang-orang yang gigih dalam mendapatkan shalawat para Malaikat, mereka semua bersemangat dalam mendo’akan saudara-saudara mereka sesama muslim tanpa sepengetahuan saudara yang dido’akannya itu dan hal ini senantiasa ada, alhamdulillaah.

Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Jika generasi Salaf hendak berdo’a untuk dirinya sendiri, mereka juga berdo’a untuk saudaranya sesama muslim dengan do’a tersebut, karena do’a tersebut adalah do’a yang mustajab, dan dia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya sesama muslim.” [7]

Al-Hafizh adz-Dzahabi menyebutkan kisah dari Ummud Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى bahwa Abud Darda’ Radhiyallahu anhu memiliki 360 kekasih di jalan Allah yang selalu dido’akan dalam shalat, lalu Ummud Darda’ mempertanyakan hal tersebut, beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh menyukai jika para Malaikat mendo’akanku?” [8]

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang mukmin yang telah mendahului mereka, hal ini sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّن

َا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hasyr: 10]

Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi mengomentari ayat ini dengan berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka karena do’a-do’a mereka untuk saudara-saudara mereka kaum mukminin yang telah mendahului mereka, pujian tersebut ketika mereka sedang berdo’a.” [9]

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua ke dalam golongan mereka dengan karunia dan keuta-tamaan dari-Nya. Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.

[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’aka Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
___
Footnote
[1]. Walaupun orang yang dido’akannya berada di hadapan orang yang mendo’akannya, seperti berdo’a dengan hatinya atau dengan lisan tetapi tidak terdengar oleh orang yang dido’akan. (‘Aunul Ma’buud IV/275-276)
[2]. Shahiih Muslim kitab adz-Dzikr wad Du’aa’ wat Taubah wal Istighfaar bab Fadhlud Du’aa’ lil Muslimiin bi Zhahril Ghaib (IV/ 2094 no. 2733 (88)).
[3]. ‘Aunul Ma’buud (IV/276).
[4]. Ibid.
[5]. Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih Ibni Hibban kitab ar-Raqaa-iq bab al-Ad’iyah (III/278).
[6]. Syarh an-Nawawi (XVII/49).
[7]. Syarh an-Nawawi (XVII/49) dan Syarh ath-Thaibi (V/1707).
[8]. Lihat kitab Siyar A’laamin Nubalaa’ (II/351).
[9]. Daliilul Faalihiin li Thuruuqi Riyaadhish Shaalihiin (IV/307).

Sumber: https://almanhaj.or.id